Proses adaptasi psikologis ibu pada masa nifas
v
Adaptasi
Psikologis Ibu Masa Nifas
Kesejahteraan
emosional ibu selama periode pascanatal dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti
kelelahan, pemberian makan yang sukses, puas dengan perannya sebagai ibu, cemas
dengan kesehatannya sendiri atau bayinya serta tingkat dukungan yang tersedia
untuk ibu.
Perubahan yang
mendadak dan dramatis pada status hormonal menyebabkan ibu yang berada dalam
masa nifas menjadi sensitif terhadap faktor-faktor yang dalam keadaan normal
mampu diatasinya. Disamping perubahan hormonal, cadangan fisiknya sering sudah
terkuras oleh tuntunan kehamilan serta persalinan. Keadaan kurang tidur,
lingkungan yang asing baginya dan oleh kecemasan akan bayi, suami atau
anak-anaknya yang lain. Tubuhnya mungkin pula tidak memberikan respon yang baik
terhadap obat-obat yang asing baginya seperti pre parat analgesic narkotik yang
diberikan pada persalinan.
Depresi ringan ,
yang dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah “4th day blues
(kemurungan hari ke empat) “ sering terjadi dan banyak ibuyang baru pertama
kali mempunyai anak mendapatkan dirinya menangis, paling tidak satu kali, hanya
karena masalah yang sering sepele. Sebagian ibu merasa tidak berdaya dalam
waktu yang singkat, namun perasaan ini umumnya menghilang setelah kepercayaan
pada diri mereka dan bayinya tumbuh.
Reva Rubin melihat beberapa tahap fase aktifitas penting sebelum
seseorang menjadi ibu.
1. Taking in period
Terjadi pada 1-2
hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat bergantung pada orang lain,
fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan
dan persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.
2. Taking hold period
Berlangsung 3-4
hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya dalam menerima tanggung
jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi.
Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif, sehingga membutuhkan
bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.
3. Letting go period
Dialami setelah
tiba ibu dan bayi tiba di rumah. Ibu mulai secara penuh menerima tanggung jawab
sebagai “seorang ibu” dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat
bergantung pada dirinya.
Hal-hal yang
dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
1.
Fungsi
yang memengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang tua
2.
Respons
dan dukungan dari keluarga dan teman dekat
3.
Riwayat
pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya
4.
Harapan,
keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan
Hal-hal yang
harus dapat dipenuhi selama masa nifas adalah sebagai berikut:
1.
Fisik,
istirahat, memakan makanan bergizi, sering menghirup udara segar, dan
lingkungan yang bersih
2.
Psikologi,
stress setelah persalinan dapat segera distabilkan dengan dukungan dari
keluarga yang menunjukkan rasa simpati, mengakui, dan menghargai ibu.
3.
Sosial,
menemani ibu bila terlihat kesepian, ikut menyayangi anaknya, menanggapi dan
memerhatikan kebahagiaan ibu, serta menghibur bila ibu terlihat sedih
4.
Psikososial
Tujuan asuhan
kebidanan pada ibu masa nifas adalah sebagai berikut:
1.
Menjaga
kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologinya
2.
Melaksanakan
skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, serta mengobati atau merujuk
bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya
3.
Memberikan
pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga
berencana, menyusui, serta pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan
bayi sehat
4.
Memberikan
pelayanan keluarga berencana
Depresi
postpartum
Depresi postpartum
sering terjadi pada masa ini. Menurut para ahli mereka di diagnosis menderita
depresi postpartum. Depresi merupakan gangguan afeksi yang paling sering di
jumpai pada masa postpartum (Gorrie, 1998). Walaupun insidensinya sulit untuk
diketahui secara pasti, namun diyakini 10-15% ibu yang melahirkan mengalami
gangguan ini (Green dan Adams, 1993). Angka kejadian depresi postpartum di
Indonesia sendiri juga belum dapat diketahui secara pasti hingga kini,
mengingat belum adanya lembaga terkait yang melakukan penelitian terhadap kasus
tersebut.
Tanda dan gejala
yang mungkin di perlihatkan pada penderita depresi postpartum adalah sebagai
berikut:
1.
Perasaan
sedih dan kecewa
2.
Sering
menangis
3.
Merasa
gelisah dan cemas
4.
Kehilangan
ketertarikan terhadap hal-hal yang menyenangkan
5.
Nafsu
makan menurun
6.
Kehilangan
energi dan motivasi untuk melakukan sesuatu
7.
Tidak
bisa tidur (insomnia)
8.
Perasaan
bersalah dan putus harapan (hopeless)
9.
Penurunan
atau peningkatan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
10.
Memperlihatkan penurunan keinginan untuk
mengurus bayinya
Walaupun banyak wanita mengalami depresi
postpartum segera setelah melahirkan, namun beberapa wanita tidak merasakan
tanda depresi sampai beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian. Depresi
dapat saja terjadi dalam kurun waktu enam bulan berikutnya. Depresi postpartum
mungkin saja berkembang menjadi postpartum psikosis, walaupun jarang terjadi.
Hal tersebut merupakan penyakit yang sangat serius dan semua gejala depresi
postpartum dialami oleh mereka yang menderita postpartum psikosis serta bisa
sampai melukai diri sendiri, bahkan hingga membunuh anak-anaknya.
Penyebab depresi postpartum sendiri
belum diketahui secara pasti (Gorrie,1998). Namun, beberapa hal yang dicurigai
sebagai faktor predisposisi terjadinya depresi postpartum adalah sebagai
berikut:
1.
Perubahan
hormonal yang cepat. Hormone yang terkait dengan terjadinya depresi postpartum
adalah prolactin, steroid, progesterone, dan estrogen.
2.
Masalah
medis dalam kehamilan seperti PIH ( Pregnancy – induced hypertention ),
diabetes mellitus, atau disfungsi tiroid.
3.
Riwayat
defresi, penyakit mental, dan alkoholik, baik pada diri ibu maupun dalam
keluarga.
4.
Karakter
pribadi seperti harga diri rendah atau ketidak dewasaan.
5.
Marital
dyfunction ataupun ketidak mampuan membina hubungan dengan orang lain yang
mengakibatkan kurangnya support system.
6.
Marah
dengan kehamilannya ( unwanted pregnancy ).
7.
Merasa
terisolasi
8.
Kelemahan,
gangguan tidur, ketakutan terhadap masalah keuangan keluarga, dan melahirkan
anak dengan kecatatan atau penyakit.
Respon yang
terbaik dalam menangani kasus depresi postpartum ( DPP ) adalah kombinasi
antara psikoterapi, dukungan sosial, dan medikasi seperti antidepresan. Suami
dan anggota keluarga yang lain harus dilibatkan dalam tiap sesi konseling, sehingga
dapat di bangun pemahaman dari orang-orang terdekat ibu terhadap apa yang
dirasakan dan di butuhkannya.
Beberapa
intervensi berikut dapat membantu seorang wanita terbebas dari ancaman depresi
setelah melahirkan.
a.
Pelajari
diri sendiri
Pelajari dan mencari
informasi mengenari depresi postpartum, sehingga anda sadar terhadap kondisi
ini. Apabila terjadi, maka anda akan segera mendapatkan bantuan secepatnya.
b.
Tidur
dan makan yang cukup
Diet nutrisi
cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makan dan
tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode postpartum dan kehamilan.
c.
Olahraga
Olahraga adalah
kunci untuk mengurangi postpartum. Lakukan peregangan selama 15 menit dengan
berjalan setiap hari, sehingga membuat anda merasa lebih baik dan menguasai
emosi berlebihan dalam diri anda.
d.
Hindari
perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
Jika
memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli rumah atau pindah
kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup secara sederhana dan
menghindari stress, sehingga dapat segera dan lebih mudah menyembuhkan
postpartum yang di derita.
e.
Beritahukan
perasaan anda
Jangan takut
untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang anda inginkan dan butuhkan
demi kenyamanan anda sendiri. Jika memiliki masalah dan merasa tidak nyaman
terhadap sesuatu, segera beritahukan pada pasangan atau orang terdekat.
f.
Dukungan
keluarga dan orang lain di perlukan
Dukungan dari
keluarga atau orang yang anda cintai selama kehamilan sangat di perlukan.
Ceritakan pada pasangan atau orang tua anda atau siapa saja yang bersedia
menjadi pendengar yang baik. Yakinkan diri anda, bahwa mereka akan selalu
berada di sisi anda setiap mengalami kesulitan.
g.
Persiapkan
diri dengan baik
Persiapan
sebelum melahirkan sangatlah di perlukan. Ikitlah kelas senam hamil yang sangat
membantu serta buku atau artikel lainnya yang anda perlukan. Kelas senam hamil
akan sangat membantu anda dalam mengetahui berbagai informasi yang di perlukan,
sehingga nantinya anda tak akan terkejut setelah keluar dari kamar bersalin.
Jika anda tahu apa yang di inginkan pengalaman traumatis saat melahirkan akan
dapat di hindari.
h.
Lakukan
pekerjaan rumah tangga
Pekerjaan rumah
tangga sedikitnya dapat membantu anda melupakan gejolak perasaan yang terjadi
selama periode postpartum. Kondisi anda yang belum stabil bisa anda curahkan
dengan memasak atau membersihkan rumah. Mintalah dukungan dari keluarga dan
lingkungan anda meski pembantu rumah tangga anda telah melakukan segalanya.
i.
Dukungan
emosianal
Dukungan emosi
dari lingkungan dan juga keluarga akan membantu anda dalam mengatasi rasa
frustasi yang menjalar. Ceritakan pada mereka bagaimana perasaan serta
perubahan kehidupan anda, hingga anda merasa lebih baik setelahnya.
j.
Dukungan
kelompok depresi postpartum
Dukungan terbaik
datang dari orang-orang yang ikut mengalami dan merasakan hal yang sama dengan
anda. Carilah informasi mengenai adanya kelompok depresi postpartum yang bisa
anda ikuti, sehingga anda tidak merasa sendirian menghadapi persoalan ini.
v
POSTPARTUM BLUES / BABY BLUES
Kondisi
ini adalah periode emosional stress yang terjadi antara hari ke 3 dan ke 10
setelah persalinan yang terjadi 80% pada ibu postpartum. Karakteristik kondisi
ini adalah iritabilitas meningkat, perubahan mood, cemas, pusing, serta
perasaan sedih dan sendiri.
Ada beberapa
faktor yang berperan menyebabkan kondisi ini yaitu :
1.
Perubahan
kadar hormone yang terjadi secara cepat
2.
Ketidaknyamanan
yang tidak diharapkan ( payudara bengkak, nyeri persalinan )
3.
Kecemasan
setelah pulang dari rumah sakit atau tempat bersalin.
4.
Menyusui
ASI
5.
Perubahan
pola tidur
Tidak ada
perawatan khusus untuk postpartum blues jika tidak ada gejala yang signifikan.
Empati dan dukungan keluarga serta stap kesehatan professional.
v
KESEDIHAN DAN DUKA
CITA
Proses kehilangan menurut Klaus dan
Kennell ( 1982 ) meliputi tahapan :
1.
Shock
( lupa peristiwa )
2.
Denial
( menolak, “apakah ini bayi ku?” “ini bayi orang lain” )
3.
Depresi
( menangis, sedih “kenapa saya?” )
4.
Equilibrium
dan acceptance ( penurunan reaksi emosional, kadang menjadi kesedihan yang
kronis )
5.
Reorganization
( dukungan mutual antara orang tua )
Respon terhadap bayi cacat yang mungkin
muncul antara lain :
1.
Fantasi
anak normal vs kenyataan
2.
Shock,
tidak percaya, menolak
3.
Frustasi,
marah
4.
Menarik
diri
Penatalaksanaan untuk keadaan ini
meliputi :
1.
Jelaskan
apa yang terjadi
2.
Dukungan
orang tua pada pertama kali melihat bayi
3.
Sebelumnya,
bidan harus sudah melihat bayi terlebih dahulu
4.
Menemani
dan menyediakan kursi
5.
Sampaikan
kelebihan dari bayi
6.
Ulanhi
penjelasan karna orang tua sulit berkonsentrasi dan mengingat
7.
Ciptakan
lingkungan yang aman dan meyakinkan
8.
Ciptakan
hubungan saling percaya
Bila bayi meninggal :
1.
Biarkan
orang tua bersama bayinya selama mungkin
2.
Temani
orangtua, jangan di isolasi
3.
Berikan
dukungan
4.
Dengarkan,
jangan terlalu banyak penjelasan
5.
Berikan
penjelasan yang akurat
6.
Biarkan
orangtua melalu proses kehilangan
7.
Bantu
persiapan pulang
8.
Menciptakan
memori dengan pemberian informasi, mengambil foto, cap kaki, name band, memberi
nama, melihat bayinya, menggendong / memeluk, merawat bayi ( memandikan,
memakai baju ), menulis di buku kenangan, pemakaman, menanam pohon, menulis
surat, dan menulis puisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar