Selasa, 30 April 2013

Pendokumentasian Manajemen'

E. Pendokumentasian Manajemen Kebidanan pada Tumbuh Kembang Balita
Pertumbuhan dan perkembangan anak                                               
            Anak-anak mengalami masalah pelayanan kesehatan yang unik, tergantung dari tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Bidan yang bertugas memberikan asuhan kepada anak tidak hanya bekerja sama dengan anak-anak, tetapi juga dengan keluarganya. Konsep asuhan yang berpusat pada keluarga (family centered care) harus dipertimbangkan, termasuk pencegahan terhadap trauma (atarumatic care) dan manajemen kasus.  Bidan hendaknya memperhatikan kemampuan dan kelemehan keluarga sebagai acuan memberikan asuhan kebidanan. Bidan juga harus mencegah anak mengalami trauma karena prosedur asuhan yang diberikan. Harus diingat bahwa pada masa anak, terjadi hambatan, maka kematangan anak yang diingi9nkan di kemudian hari tidak akan tercapai.
            Menurut Whalley and Wong (2000, cit  Hidayat 2005), pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besar sel di seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur. Perkembengan adalah bertamabah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat di capai melalui tumbuh kematangan dan belajar. Dalam proses perkembangan anak,
terdapat suatu peristiwa yang unik, yaitu masa percepatan dan perlambatan.
Pertumbuhan dan perkembangananak terjadi mulai dari pertumbuhan dan perkembangan secara fisik, intelektual maupun emosional. Dalam peristiwa tersebut, anak dapat mengalami beberapa pola pertumbuhandan perkembangan, di antaranya :
1. Pola pertumbuhan fisik terarah. Pada pola ini ada 2 prinsip atau hukum perkembengan, yaitu : prinsip cephalocaudal  dan  proximodistal. Prinsip  cephalocaudal  dan  head to tail direction, pola pertumbuhan dan perkembangan dimulai dari kepala, ditandai perubahan ukuran kepala yang lebih besar, kemudian berkembang kemampuan menggerakkan lebih cepat dengan menggelengkan kepala dilanjutkan bagian ekstremitas lengan, tangan dan kaki. Pola proximodistal atau  near to far direction, dimulai dari menggerakkan anggpta gerak paling dekat dengan pusat kemudian menggerakkan anggota gerak lebih jauh kearah bagian tepi, seperti menggerakkan anggota gerak lebih jauh kearah bagian tepi, seperti menggerakkan bahu dahulu baru mengerakkan jari-jari (Wong, 1995,  cit. Hidayat , 2005).
2. Pola perkembangan dari umum ke khusus  atau  mass to specific atau to complex. Pada pola perkembangan ini, anak lebih dahulu mampu menggerakkan  daerah yang lebih umum (sederhana) ke bagian yang lebih umum melambaikan tangan baru memainkan jari-jari (Wong, 1995, cit. Hidayat, 2005).
3. Pola  perkembangan berlangsung dalam tahapan perkembangan.  Pada pola ini perkembangan anak dibagi menjadi 5 tahapan, yaitu : masa pra lahir, masa neonates, masi bayi, masa anak dan masa  remaja (Gunarsa, 1997, IcitI.Hidayat , 2005)
4. Pola perkembangan dipengaruhi kematangan dan latihan. Terdapat masa kritis, yaitu saat yang siap menerima sesuatu dari luar untuk mencapai kematangan dapat disempurnakan dengan rangsangan yang tepat (Gunarsa, 1997,  cit. Hidayat, 2005)
            Dalam proses pertumbuhandan perkembangan, seorang anak akan mengalami siklus yang berbeda. Siklus ini kadng mengalami percepatan, kadang mengalami percepatan, kadang mengalami pelambatan, karena beberapa factor berikut ini (Wong, 1995, cit. Hidayat, 2005 ):
1.      Factor herediter. Merupakan factor yang dapat diturunkan sebagai dasar mencapai tumbuh kembang. Termasuk dalam faktor herediter antara lain: bawaan, jenos kelamin, ras dan suku bangsa.
2.      Faktor lingkungan. Merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan tercapai tidaknya potensi yang telah dimiliki anak. Termasuk dalam faktor lingkungan adalah : faktor prenatal mulai dari konsepsi sampai bayi lahir, faktor postnatal seperti, budaya lingkungan, status social ekonomi, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga, posisi anak dalam keluarga dan status kesehatan anak.

Dalam tahap pencapaian pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu : kelompok usia 0-6 tahun dan kelompok usia 6 tahun ke atas. Kelompok usia 0-6 tahun terbagi menjadi tahap prenatal, terdiri dari : masa embrio (mulai konsepsi sampai 8 mggu), masa fetus (9 mggu sampai lahir), tahap postnatal terdiri dari masa neonates (0-28 hari), masa bayi (29hari-1 tahun), tahap prasekolah (2-6 tahun). Kelompok usia 6 tahun ke atas, terbagi dalam masa praremaja (6-10 tahun) dan masa remaja (10-18/20 tahun).

Komunikasi Bidan dengan anak merupakan yang sangat penting dalam menjga hubungan dengan baik. Melalui komunikasi, bidan bisa lebih mudah mengumpulkan berbagai data pada anak. Data yang telah di kumpulkan selanjutnya di interpretasi dan di rumus kan rencana asuhan yang menyeliruh bagi anak.
Berikut ini pedoman bekomunikasi dengan anak usia bawah 5 tahun (BALITA) menurut umur (hidayat, 2005, iyer and Champ, 2005):
a.       Usia 0-1tahun. Gunakan komunikasi nonverbal dengan teknik sentuhan seperti mengusap, memangku, menggendong.gendong, timang dan bicara dengan bayi, terutama ketika ia sedang marah atau ketakutan. Gunakan suara yang lembut dan pelan. Dekati bayi dengan perlahan dan hindari gerakan yang menakutkan.
b.      Usia 2-5 tahun. Berikan instruksi yang singkat dan jelas. Izinkan anak berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan (jika perlu). Bersikap jujur dan beritahu anak jika prosedur itu menyakitkan. Hindarkan mendesak anak untuk segera menjawab misalnya dengan kata kata “ jawab dong “.

Langkah 1. Pengkajian data
Data subjektif pada anak yang harus dikumpulkan, antara lain:
Riwayat kesehatan anak, meliputi :
a.       Faktor genetic, meliputi: kelainan / gangguan metabolic pada keluarga dan syndrome genetic.
b.      Faktor maternal (ibu), meliputi: ada nya penyakit jantung , diabetes mellitus, penyakit ginjal, penyakit hati, hypertensi, penyakit kelamin,riwayat penganiayaan dan abortus.
c.       Faktor antenatal, meliputi: pernah ANC/tidak, adanya riwayat perdarahan, preeclampsia, infeksi, perkembangan janin terlalu besar/terganggu, diabetes gestasional, poli/oligohidramnion
d.      Faktor perinatal, meliputi : premature/postmatur, partus lama, penggunaan obat selama persalinan, gawat janin, suhu ibu meningkat.
e.       Riwayat pemberian nutrisi, eliputi pemberian ASI eksklusif, pengganti ASI, MP-ASI atau bahan makanan tambhan
f.       Riwayat alergi, meliputi adanya riwayat alergi makanan,debu, dan obat obatan pada anak.
g.      Riwayat imunisasi yang sydah di berikan, meliputi imunisasi dasar dan imunisasi anjuran yang diberikan pada anak.
h.      Riwayat uji skrining yang pernah dilakukan
i.        Riwayat kesehatan
Data objektif  pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang harus di tentukan antara lain:
Penilaian pertumbuhan anak
a.       Pengukuran berat badan
b.      Pengukuran panjang badan
c.       Pengukuran lingkar kepala
d.      Pengukuran lingkar lengan atas
e.       Pemeriksaan fisik
f.       Pemeriksan laboraturium
g.      Pemeriksaan radiologi
Cara pengukuran perkembangan anak dengan DDST II adalah sbb :
1.      Tentukan umur anak pada saat pemeriksaan
2.      Tarik garis pada lembar DDST II sesuai dengan umur yang telah dutentukan
3.      Lakukan pengukuran pada anak di setiap komponen dan berkaitan scoring pada setiap item yang dinilai.
4.      Lakukan interpretasi hasil tes keseluruhan6

pemeriksaan fisik secara lengkap pada anak ditujukan untuk melengkapi data pertumbuhan dan perkembangannya  anatara lain meliputi :
1.      Keadaan umum, meliputi: status kesadarn, status gizi, tanda-tanda vital anatara lain :
a.       Pemeriksaan kesadaran
b.      Status gizi
c.       Pemeriksaan nadi
2.      Pemeriksaan kulit, kuku, rambut, dan kelenjar getah bening
3.      Pemeriksaan kepala dan leher
a.       Kepala
b.      Wajah
c.       Mata
d.      Telinga
e.       Hidung
f.       Mulut
g.      Faring
h.      Laring
i.        Leher
4.      Pemeriksaan dada
a.       Payudara
b.      Paru
c.       Jantung
5.      Pemeriksaan abdomen
6.      Pemeriksaan genetalia
7.      Pemeriksaan tulang belakang dan ektremitas
8.      Pemeriksaan neurologis

Langkah 2. Interpretasi data
Melakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis masalah dan kebutuhan tumbuh kembang anakberdasarkan data yang telah dikumpulkan pada langkah 1.

Langkah 3. Identifikasi diagnosis atau masalah potensial
Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi.

Langkah 4. Identifikasi dan menetapakan kebutuhan yang memelukan penangan segera
Mengintfikasi perlu nya tindaka segera oleh bidan atau dokter dan /atau ada hal yang perlu d konsultasikan atau diitangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi anak.
            Langkah 5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh
            Merencanakan asuhan yang menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan pada langkah sebelumnya.
Langkah 6. Melaksanakan perencanaan
pada langkah ini bidan mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secar efektif dan aman. Pelaksanaan asuhan ini sebagian dilakukan oleh bidan, sebagian oleh klien sendiri atau oleh petugas kesehatan lainnya.Walau bidan tidak melaksanakan seluruh asuhan sendiri, tetapi dia tetap memiliki tanggung jawab untuk menyerahkan pelaksanaannya (misalnya memantau rencananya benar-benar terlaksana)
Langkah 7. Evaluasi
            Pada langkah ini di evaluasi ke efektifan asuhan yang telah diberikan,apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah terindentifikasi dalam diagnosis maupun masalah.
            Manajemen kebidanan yang terdiri atas tujuh langkah ini merupakan proses berpikir dalam mengambil keputusan klinis dalam memberikan asuhan kebidanan yang dapat diaplikasikan / diterapkan dalam setiap situasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar