E. Pendokumentasian Manajemen Kebidanan pada Tumbuh
Kembang Balita
Pertumbuhan dan
perkembangan anak
Anak-anak mengalami masalah
pelayanan kesehatan yang unik, tergantung dari tingkat pertumbuhan dan
perkembangannya. Bidan yang bertugas memberikan asuhan kepada anak tidak hanya
bekerja sama dengan anak-anak, tetapi juga dengan keluarganya. Konsep asuhan
yang berpusat pada keluarga (family
centered care) harus dipertimbangkan, termasuk pencegahan terhadap trauma (atarumatic care) dan manajemen
kasus. Bidan hendaknya memperhatikan
kemampuan dan kelemehan keluarga sebagai acuan memberikan asuhan kebidanan.
Bidan juga harus mencegah anak mengalami trauma karena prosedur asuhan yang
diberikan. Harus diingat bahwa pada masa anak, terjadi hambatan, maka
kematangan anak yang diingi9nkan di kemudian hari tidak akan tercapai.
Menurut Whalley and Wong (2000, cit
Hidayat 2005), pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besar sel di
seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur. Perkembengan adalah
bertamabah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat di capai melalui tumbuh
kematangan dan belajar. Dalam proses perkembangan anak,
terdapat suatu
peristiwa yang unik, yaitu masa percepatan dan perlambatan.
Pertumbuhan dan
perkembangananak terjadi mulai dari pertumbuhan dan perkembangan secara fisik,
intelektual maupun emosional. Dalam peristiwa tersebut, anak dapat mengalami
beberapa pola pertumbuhandan perkembangan, di antaranya :
1. Pola pertumbuhan fisik terarah. Pada pola ini ada 2 prinsip atau hukum perkembengan, yaitu : prinsip cephalocaudal dan proximodistal. Prinsip cephalocaudal dan head to tail direction, pola pertumbuhan dan perkembangan dimulai dari kepala, ditandai perubahan ukuran kepala yang lebih besar, kemudian berkembang kemampuan menggerakkan lebih cepat dengan menggelengkan kepala dilanjutkan bagian ekstremitas lengan, tangan dan kaki. Pola proximodistal atau near to far direction, dimulai dari menggerakkan anggpta gerak paling dekat dengan pusat kemudian menggerakkan anggota gerak lebih jauh kearah bagian tepi, seperti menggerakkan anggota gerak lebih jauh kearah bagian tepi, seperti menggerakkan bahu dahulu baru mengerakkan jari-jari (Wong, 1995, cit. Hidayat , 2005).
1. Pola pertumbuhan fisik terarah. Pada pola ini ada 2 prinsip atau hukum perkembengan, yaitu : prinsip cephalocaudal dan proximodistal. Prinsip cephalocaudal dan head to tail direction, pola pertumbuhan dan perkembangan dimulai dari kepala, ditandai perubahan ukuran kepala yang lebih besar, kemudian berkembang kemampuan menggerakkan lebih cepat dengan menggelengkan kepala dilanjutkan bagian ekstremitas lengan, tangan dan kaki. Pola proximodistal atau near to far direction, dimulai dari menggerakkan anggpta gerak paling dekat dengan pusat kemudian menggerakkan anggota gerak lebih jauh kearah bagian tepi, seperti menggerakkan anggota gerak lebih jauh kearah bagian tepi, seperti menggerakkan bahu dahulu baru mengerakkan jari-jari (Wong, 1995, cit. Hidayat , 2005).
2. Pola perkembangan dari umum ke khusus atau mass to specific atau to complex. Pada pola perkembangan ini, anak lebih dahulu mampu menggerakkan daerah yang lebih umum (sederhana) ke bagian
yang lebih umum melambaikan tangan baru memainkan jari-jari (Wong, 1995, cit. Hidayat, 2005).
3. Pola
perkembangan berlangsung dalam tahapan perkembangan. Pada pola ini perkembangan anak dibagi menjadi
5 tahapan, yaitu : masa pra lahir, masa neonates, masi bayi, masa anak dan
masa remaja (Gunarsa, 1997,
IcitI.Hidayat , 2005)
4. Pola perkembangan dipengaruhi kematangan dan
latihan. Terdapat masa kritis, yaitu saat yang siap menerima sesuatu dari
luar untuk mencapai kematangan dapat disempurnakan dengan rangsangan yang tepat
(Gunarsa, 1997, cit. Hidayat, 2005)
Dalam proses pertumbuhandan
perkembangan, seorang anak akan mengalami siklus yang berbeda. Siklus ini kadng
mengalami percepatan, kadang mengalami percepatan, kadang mengalami pelambatan,
karena beberapa factor berikut ini (Wong, 1995, cit. Hidayat, 2005 ):
1.
Factor
herediter. Merupakan
factor yang dapat diturunkan sebagai dasar mencapai tumbuh kembang. Termasuk
dalam faktor herediter antara lain: bawaan, jenos kelamin, ras dan suku bangsa.
2.
Faktor
lingkungan. Merupakan
faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan tercapai tidaknya potensi
yang telah dimiliki anak. Termasuk dalam faktor lingkungan adalah : faktor
prenatal mulai dari konsepsi sampai bayi lahir, faktor postnatal seperti,
budaya lingkungan, status social ekonomi, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga,
posisi anak dalam keluarga dan status kesehatan anak.
Dalam tahap
pencapaian pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dikelompokkan menjadi 2
kelompok besar, yaitu : kelompok usia 0-6 tahun dan kelompok usia 6 tahun ke
atas. Kelompok usia 0-6 tahun terbagi menjadi tahap prenatal, terdiri dari :
masa embrio (mulai konsepsi sampai 8 mggu), masa fetus (9 mggu sampai lahir),
tahap postnatal terdiri dari masa neonates (0-28 hari), masa bayi (29hari-1
tahun), tahap prasekolah (2-6 tahun). Kelompok usia 6 tahun ke atas, terbagi
dalam masa praremaja (6-10 tahun) dan masa remaja (10-18/20 tahun).
Komunikasi Bidan
dengan anak merupakan yang sangat penting dalam menjga hubungan dengan baik.
Melalui komunikasi, bidan bisa lebih mudah mengumpulkan berbagai data pada
anak. Data yang telah di kumpulkan selanjutnya di interpretasi dan di rumus kan
rencana asuhan yang menyeliruh bagi anak.
Berikut ini
pedoman bekomunikasi dengan anak usia bawah 5 tahun (BALITA) menurut umur
(hidayat, 2005, iyer and Champ, 2005):
a.
Usia
0-1tahun. Gunakan komunikasi nonverbal dengan teknik sentuhan seperti mengusap,
memangku, menggendong.gendong, timang dan bicara dengan bayi, terutama ketika
ia sedang marah atau ketakutan. Gunakan suara yang lembut dan pelan. Dekati
bayi dengan perlahan dan hindari gerakan yang menakutkan.
b.
Usia
2-5 tahun. Berikan instruksi yang singkat dan jelas. Izinkan anak
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan (jika perlu). Bersikap jujur
dan beritahu anak jika prosedur itu menyakitkan. Hindarkan mendesak anak untuk
segera menjawab misalnya dengan kata kata “ jawab dong “.
Langkah 1.
Pengkajian data
Data subjektif
pada anak yang harus dikumpulkan, antara lain:
Riwayat
kesehatan anak, meliputi :
a.
Faktor
genetic, meliputi: kelainan / gangguan metabolic pada keluarga dan syndrome
genetic.
b.
Faktor
maternal (ibu), meliputi: ada nya penyakit jantung , diabetes mellitus,
penyakit ginjal, penyakit hati, hypertensi, penyakit kelamin,riwayat
penganiayaan dan abortus.
c.
Faktor
antenatal, meliputi: pernah ANC/tidak, adanya riwayat perdarahan, preeclampsia,
infeksi, perkembangan janin terlalu besar/terganggu, diabetes gestasional,
poli/oligohidramnion
d.
Faktor
perinatal, meliputi : premature/postmatur, partus lama, penggunaan obat selama
persalinan, gawat janin, suhu ibu meningkat.
e.
Riwayat
pemberian nutrisi, eliputi pemberian ASI eksklusif, pengganti ASI, MP-ASI atau
bahan makanan tambhan
f.
Riwayat
alergi, meliputi adanya riwayat alergi makanan,debu, dan obat obatan pada anak.
g.
Riwayat
imunisasi yang sydah di berikan, meliputi imunisasi dasar dan imunisasi anjuran
yang diberikan pada anak.
h.
Riwayat
uji skrining yang pernah dilakukan
i.
Riwayat
kesehatan
Data
objektif pada pertumbuhan dan
perkembangan anak yang harus di tentukan antara lain:
Penilaian
pertumbuhan anak
a.
Pengukuran
berat badan
b.
Pengukuran
panjang badan
c.
Pengukuran
lingkar kepala
d.
Pengukuran
lingkar lengan atas
e.
Pemeriksaan
fisik
f.
Pemeriksan
laboraturium
g.
Pemeriksaan
radiologi
Cara
pengukuran perkembangan anak dengan DDST II adalah sbb :
1.
Tentukan
umur anak pada saat pemeriksaan
2.
Tarik
garis pada lembar DDST II sesuai dengan umur yang telah dutentukan
3.
Lakukan
pengukuran pada anak di setiap komponen dan berkaitan scoring pada setiap item
yang dinilai.
4.
Lakukan
interpretasi hasil tes keseluruhan6
pemeriksaan
fisik secara lengkap pada anak ditujukan untuk melengkapi data pertumbuhan dan
perkembangannya anatara lain meliputi :
1.
Keadaan
umum, meliputi: status kesadarn, status gizi, tanda-tanda vital anatara lain :
a.
Pemeriksaan
kesadaran
b.
Status
gizi
c.
Pemeriksaan
nadi
2.
Pemeriksaan
kulit, kuku, rambut, dan kelenjar getah bening
3.
Pemeriksaan
kepala dan leher
a.
Kepala
b.
Wajah
c.
Mata
d.
Telinga
e.
Hidung
f.
Mulut
g.
Faring
h.
Laring
i.
Leher
4.
Pemeriksaan
dada
a.
Payudara
b.
Paru
c.
Jantung
5.
Pemeriksaan
abdomen
6.
Pemeriksaan
genetalia
7.
Pemeriksaan
tulang belakang dan ektremitas
8.
Pemeriksaan
neurologis
Langkah
2. Interpretasi data
Melakukan
identifikasi yang benar terhadap diagnosis masalah dan kebutuhan tumbuh kembang
anakberdasarkan data yang telah dikumpulkan pada langkah 1.
Langkah
3. Identifikasi diagnosis atau masalah potensial
Mengidentifikasi
diagnosis atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi berdasarkan
diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi.
Langkah
4. Identifikasi dan menetapakan kebutuhan yang memelukan penangan segera
Mengintfikasi
perlu nya tindaka segera oleh bidan atau dokter dan /atau ada hal yang perlu d
konsultasikan atau diitangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai
kondisi anak.
Langkah
5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Merencanakan asuhan yang menyeluruh
yang rasional sesuai dengan temuan pada langkah sebelumnya.
Langkah 6.
Melaksanakan perencanaan
pada langkah ini
bidan mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secar efektif dan aman.
Pelaksanaan asuhan ini sebagian dilakukan oleh bidan, sebagian oleh klien
sendiri atau oleh petugas kesehatan lainnya.Walau bidan tidak melaksanakan
seluruh asuhan sendiri, tetapi dia tetap memiliki tanggung jawab untuk
menyerahkan pelaksanaannya (misalnya memantau rencananya benar-benar terlaksana)
Langkah 7.
Evaluasi
Pada langkah ini di evaluasi ke
efektifan asuhan yang telah diberikan,apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan
yang telah terindentifikasi dalam diagnosis maupun masalah.
Manajemen kebidanan yang terdiri
atas tujuh langkah ini merupakan proses berpikir dalam mengambil keputusan
klinis dalam memberikan asuhan kebidanan yang dapat diaplikasikan / diterapkan
dalam setiap situasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar