Senin, 29 April 2013

imunisasi

IMUNISASI

I. PENGERTIAN
 Imunisasiÿ
adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. (Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009 : 54)
 Vaksin
ÿ
adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan (misalnya vaksin BCG, DPT, dan Campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio). (Hidayat, A. Aziz Alimul.. 2009 : 54)
 Vaksin
ÿ
adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman (bakteri, virus atau riketsia), atau racun kuman (toxoid)yang telah dilemahkan atau dimatikan dan akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu. (Direktorat Jendral PP & PL. 2005 : 9)

II. TUJUAN IMUNISASI
Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan aikbat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
(Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009 : 54)

III. MACAM – MACAM IMUNISASI
a) Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkannya cell memory.
b) Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (immunoglobulin, yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.
(Hidayat, A. Aziz Alimul.. 2009 : 54 – 55)

IV. PENGGOLONGAN VAKSIN
a. Penggolongan berdasarkan asal bibit antigen (Immunization Essential)
1) Berasal dari bibit penyakit yang dilemahkan (Live attenuated)
• Virus : Polio (OPV), Campak, Yellow Fever
• Bakteri : BCG
2) Berasal dari bibit penyakit yang dimatikan (inactivated)
• Dimatikan seluruhnya :
 Virus : IPV (Injectable/ Inactivated Polio Vaccine = Polio Injeksi), rabies.
-
 Bakteri : pertusis
-
• Dimatikan sebagian :
1. Berdasarkan protein : Sub unit : Aseluler pertusis
Toxid : DT
2. Berdasarkan polisakarida : Murni : Meningococal
Gabungan : Hib (Haemofilus Influenza type B)
3. Rekombinasi (rekayasa genetika) : Hepatitis B

b. Penggolongan berdasarkan sensitivitas terhadap suhu
1) Vaksin yang peka terhadap suhu dingin dibawah 00C yaitu vaksin FS (Freeze Sensitive = Sensitif Beku), seperti : Hepatitis B (dalam kemasan vial atau kemasan PID = Prefill Injection Device) , DPT, DPT – HB, DT, TT.
$
2) Vaksin yang peka terhadap suhu panas berlebih (> 340C), yaitu vaksin HS (Heat Sensitive = Sensitif Panas), seperti : BCG , Polio, Campak.
(Direktorat Jendral PPM & PL. 2005 : 3)

V. JENIS – JENIS VAKSIN DALAM PROGRAM IMUNISASI
1) Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerine)
 Indikasi : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosa.
ÿ
 Komposisi : mengandung kuman BCG (Basillus Calmette Guerin) yang masih hidup.
ÿ
 Dosis : vaksin Bio Farma : untuk bayi 0,05 ml dan anak – anak 0,1 ml.
ÿ
 Penyimpanan : dalam lemari es dengan suhu 4 – 8 0C.
ÿ
 Kemasan :
ÿ
 Kemasan dalam ampul, beku kering, 1 box berisi 10 ampul vaksin.
§
 Setiap 1 ampul vaksin dengan 4 ml pelarut.
§
 Cara Pemberian dan Dosis :
ÿ
• Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril (ADS 5 ml).
• Dosis pemberian : 0,05 ml, sebanyak 1 kali.
• Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas. (insertion musculus deltoideus), dengan menggunakan ADS 0,05 ml.
• Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.
 Kontraindikasi :
ÿ
• Adanya penyakit kulit yang berat / menahun, seperti : eksim, furunkulosis dan sebagainya.
• Mereka yang sedang menderita TBC.
• Panas dan penyakit akut.
 Efek samping :
ÿ
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam 1 – 2 minggu kemudian akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikan yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang – kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak atau leher, terasa padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya.
(Direktorat jendral PP & PL. 2005 : 15 – 16)

2) Vaksin DPT
 Diskripsi : vaksin jerap DPT (Difteri Pertusis Tetanus) adalah vaksin yang terdiri dari toxoid difteri dan tetanus yang dimurnikan serta bakteri pertusis yang telah dilemahkan.
ÿ
 Indikasi : untuk pemberian kekebalan serta simultan terhadap difter, pertusis, dan tetanus.
ÿ
 Komposisi : tiap ml mengandung 40 lf diphtheria, 15 lf tetanus toxoid yang telah dimurnikan dan diabsorbsikan pada 3 mg aluminium fosfat, 32 milyar kuman B pertusis dan 0,1 mg merthiolat sebagai bahan pengawet.
ÿ
 Kemasan :
ÿ
• Kemasan dalam vial
• 1 box vaksin terdiri dari 10 vial
• 1 vial berisi 10 dosis
• Vaksin berbentuk cairan
 Cara Pemberian dan Dosis :
ÿ
• Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.
• Disuntikan secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis.
• Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan interval paling cepat 4 minggu (1 bulan).
• Di unit pelayanan statis, vaksin DPT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu, dengan ketentuan :
1. Vaksin belum kadaluwarsa.
2. Vaksin disimpan dalam suhu 2 – 8 0C dalam lemari es biasa (jangan freezer).
3. Tidak pernah terendam air.
4. Sterilitasnya terjaga.
5. WM masih dalam kondisi A atau B.
• Sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.
 Efek samping :
ÿ
Gejala – gejala yang bersifat sementara seperti demam, lemas, kemerahan pada tempat suntikan. Kadang – kadang terjadi gejala berat tinggi, iritabilitas dan meracau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi.
 Kontraindikasi :
ÿ
Gejala – gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala serius abnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi pertusis. Anak yang mengalami gejala – gejala parah pada dosis pertama, komponen pertusis harus dihindarkan pada dosis kedua, dan untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT.
(Direktorat jendral PP & PL. 2005 : 15 – 16)

3) Vaksin TT
 Diskripsi : Vaksin jerap TT (Tetanus Toxoid) dipergunakan untuk mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi WUS (Wanita Usia Subur) atau ibu hamil, juga untuk pencegahan tetanus pada ibu bayi.
ÿ
 Komposisi : Vaksin jerap TT (Tetanus Toxoid) adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus yang telah dimurnikan dan terabsorbsi kedalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Indikasi : untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tetanus.
ÿ
 Dosis : 1 vial berisi 10 dosis. 1 dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya 40 IU.
ÿ
 Kemasan :
ÿ
• 1 box vaksin terdiri dari 10 vial.
• 1 vial berisi 10 dosis.
• Vaksin TT adalah yang berbentuk cairan.
 Cara Pemberian dan Dosis :
ÿ
• Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.
• Untuk mencegah tetanus/ tetanus neonatal terdiri 2 dosis primer yang disuntikkan secara intramuskuler atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ke – 3 setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada WUS, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis ke – 4 dan ke – 5 diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ke – 3 dan ke – 4. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan bahkan pada periode trimester I.
• Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu, dengan ketentuan :
1. Vaksin belum kadaluwarsa.
2. Vaksin disimpan dalam suhu +2 - +8 0C.
3. Tidak pernah terendam air.
4. Sterilitasnya terjaga.
5. WM masih dalam kondisi A atau B
• Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.
 Efek samping :
ÿ
Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan. Gejala – gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara dan kadang – kadang gejala demam.
 Kontraindikasi : gejala – gejala berat karena dosis pertama TT.
ÿ
(Direktorat jendral PP & PL. 2005 : 15 – 16)

4) Vaksin DT
 Diskripsi : Vaksin jerap DT (Difteri dan Tetanus) adalah vaksin yang mengandung toxoid difteri dan tetanus yang telah dimurnikan
ÿ
 Indikasi : untuk pemberian kekebalan simultan terhadap difteri dan tetanus.
ÿ
 Komposisi : tiap ml mengandung 40 lf diphtheria, 15 lf tetanus toxoid yang telah dimurnikan dan diabsorbsikan pada 3 mg aluminium fosfat dan 0,1 mg merthiolat sebagai bahan pengawet.
ÿ
 Dosis : 0,5 ml subcutan/ intramuscular.
ÿ
 Kemasan :
ÿ
• Botol berisi 5 ml, 10 ml, dan 25 ml.
• 1 box vaksin terdiri dari 10 vial.
• 1 vial berisi 10 dosis.
• Vaksin DT adalah yang berbentuk cairan.
 Cara Pemberian dan Dosis :
ÿ
• Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.
• Disuntikkan secara intramuskuler atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml. dianjurkan untuk anak usia di bawah 8 tahun. Untuk usia 8 tahun atau lebih dianjurkan imunisasi dengan vaksin Td.
• Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu, dengan ketentuan :
1. Vaksin belum kadaluwarsa.
2. Vaksin disimpan dalam suhu 2 – 80C.
3. Tidak pernah terendam air.
4. Sterilitasnya terjaga.
5. WM masih dalam kondisi A atau B
• Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.
 Efek samping : gejala – gejala seperti lemas dan kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara dan kadang – kadang gejala demam.
ÿ
 Kontraindikasi : gejala – gejala berat karena dosis pertama TT. (Direktorat jendral PP
ÿ & PL. 2005 : 15 – 16)

5) Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine = OPV)
 Diskripsi :
ÿ
Vaksin Oral Polio hidup adalah vaksin Polio Trivalent yng terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2 dan 3 (strain Sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa.
 Indikasi : untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis.
ÿ
 Kemasan :
ÿ
• 1 box vaksin terdiri dari 10 vial.
• 1 vial berisi 10 dosis.
• Vaksin polio adalah yang berbentuk cairan.
• Setiap vial vaksin polio disertai 1 buah penetes (dropper) terbuat dari bahan plastik.
 Cara Pemberian dan Dosis :
ÿ
• Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis adalah 2 tetes sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
• Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper) yang baru.
• Di unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 2 minggu, dengan ketentuan :
1. Vaksin belum kadaluwarsa.
2. Vaksin disimpan dalam suhu +2 – +8 0C.
3. Tidak pernah terendam air.
4. Sterilitasnya terjaga.
5. WM masih dalam kondisi A atau B
• Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.
 Efek samping :
ÿ
Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi (kurang dari 0,17 : 1.000.000 ; Bull WHO 66 : 1988)

 Kontraindikasi :
ÿ
Pada individu yang menderita “immune deficiency”. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh.
(Direktorat jendral PP & PL. 2005 : 15 – 16)

6) Vaksin Campak
 Indikasi : untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
ÿ
 Komposisi : Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu kanamycin dan 30 mcg residu erythromycin.
ÿ
 Kemasan :
ÿ
• 1 box vaksin terdiri dari 10 vial.
• 1 vial berisi 10 dosis.
• 1 box pelarut berisi 10 ampul @ 5 ml.
• Vaksin ini berbentuk beku kering.
 Cara Pemberian dan Dosis :
ÿ
• Sebelum disuntikan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.
• Dosis pemberian 0,5 ml disuntikan secara subkutan pada lengan kiri atas, pada usia 9 – 11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6 – 7 tahun (kelas 1 SD) setelah catch – up campaign campak pada anak SD kelas 1 – 6.
 Efek samping :
ÿ
Hingga 15 % pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8 – 12 hari setelah vaksinasi.
 Kontraindikasi :
ÿ
Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukemia, lymphoma.
(Direktorat jendral PP & PL. 2005 : 15 – 16)

7) Vaksin Hepatitis B
 Diskripsi :
ÿ
Vaksin hepatitis B adalah vaksin virus recombinant yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-infectious, berasal dari HBsAg yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan teknologi DNA rekombinan. ( Vademecum Bio Farma Jan 2002)
 Indikasi : untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B.
ÿ
 Kemasan :
ÿ
• vaksin hepatitis B adalah vaksin yang berbentuk cairan
• vaksin hepatitis B terdiri dari 2 kemasan:
 kemasan dalam Prefill Injection Device (PID)
-
 kemasan dalam vial
-
• 1 box vaksin hepatitis B PID terdiri dari 100 HB PID
• 1 box vaksin hepatitis B Vial terdiri dari 10 vial @ 5 dosis

 Cara Pemberian dan Dosis :
ÿ
• Sebelum digunakan vaksin harus di kocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen
• Vaksin disuntikan dengan dosis 0,5 ml atau 1(buah) HB PID pemberian suntikan secara intra muscular, sebaiknya pada anterolateral paha.
• Pemberian sebanyak 3 dosis.
• Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari , dosis berikutnya dengan interval minimum 4 minggu ( 1 bulan ).
Untuk Hepatitis B Vial:
• Di unit pelayanan statis, vaksin polio yang telah dibuka hanya boleh di gunakan selama 4 minggu dengan ketentuan :
 Vaksin belum kadaluarsa
-
 Vaksin di simpan dalam suhu 2ºC-8ºC
-
 Tidak pernah terendam air
-
 Sterilitasnya terjaga
-
 VVM masih dalam kondisi A atau B
-
• Sedangkan di Posyandu vakssin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.

 Efek samping :
ÿ
Reaksi local seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.
 Kontraindikasi :
ÿ
Hipersensitif terhadap komponen vaksin, sama halnya seperti vaksin-vaksin lain , vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat yang disertai kejang
(Direktorat jendral PP & PL. 2005 : 15 – 16)

8) Vaksin DPT – HB
 Diskripsi :
ÿ
Vaksin mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang di inaktifasi serta vaksin Hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat nonifectious ( Vademecum Bio Farma Jan 2002)
 Indikasi : Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri,tetanus, pertusis dan hepatitis B.
ÿ
 Kemasan :
ÿ
• 1 box vaksin DPT – Hepatitis B vial terdiri dari 10 vial @ 5 dosis
• Warna vaksin putih keruh seperti vaksin DPT
 Cara Pemberian dan Dosis :
ÿ
• Pemberian dengan cara intramuscular 0,5 ml sebanyak 3 dosis
• Dosis pertama pada usia 2 bulan dosis selanjutnya dengan interval minimal 4 minggu ( 1 bulan )
• Di unit pelayanan statis, vaksin DPT-HB yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan :
o Vaksin belum kadaluarsa
o Vaksin disimpan dalam suhu +2ºC – +8 ºC
o Tidak pernah terendam air 
o Sterilitasnya terjaga
o VVM masih dalam kondisi A atau B
• Sedangkan di Posyandu vaksin yang sudah terrbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar