A$fiksia neonatorum adalah kegagalan
bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat
setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam darah rendah
(hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO2 meningkat
) dan asidosis.
Asfiksia neonatorum didefinisikan
sebagai keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan
teratur setelah lahir. (Hanifa Wiknjosastro, 2002)
Asfiksia Neonatus adalah suatu
keadaan dimana saat bayi lahir mengalami gangguan pertukaran gas dan transport
O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2 (A.H Markum, 2002).
Asfiksia Neonatus adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan. (Mochtar, 1989)
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan
teratur, sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan
akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 1998)
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer,
2000)
Asfiksia berarti hipoksia yang
progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu
jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian serta mempengaruhi fungsi
organ vital lainnya.Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan PaO2),
hiperkarbia (peningkatan PCO2), dan asidosis (penurunan PH). . (Saiffudin,
2001)
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi
baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat
gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat
dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil,
kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama
atau sesudah persalinan
Asfiksia neonatorum ialah keadaan
dimana bayi tidak dapat segera bernafas scr spontan dan teratur setelah lahir.
Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini
berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau
segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila
penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan
pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi
gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul.
KLASIFIKASI ASFIKSIA
- Penilaian apgar score
Score
|
0
|
1
|
2
|
Angka
|
Appearence
color (warna kulit)
|
Pucat
|
bdn
merah, extrem biru
|
seluruh
tubuh kemerahan
|
|
Pulse(heart
rate)
|
tdk
ada
|
<>
|
>
100
|
|
Grimace
(reaksi terhadap rangsang)
|
tdk
ada
|
sdikit
grakan mimik
|
menangis,
batuk/bersin
|
|
Activity(tonus
otot)
|
lumpuh
|
extremitas
dalam fleksi sedikit
|
gerakan
aktif
|
|
Respiration(usaha
nafas)
|
tidak
ada
|
lemah,
tidak teratur
|
menangis
kuat
|
|
Jumlah
|
- Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR
a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR
0-3
b. Asfiksia ringan sedang dengan
nilai APGAR 4-6
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia
dengan nilai APGAR 7-9
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Patofisiologi
Penyebab asfiksia dapat berasal dari
faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya hipoksia dan iskemia jaringan
menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin. Faktor ini yang
berperan pada kejadian asfiksia.
Beberapa kondisi tertentu pada ibu
hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga
pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim
ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru
lahir.
]Pernafasan spontan bayi baru
lahir tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan.
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama
kehamilan atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini
akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan
kematian asfiksia yang terjadi dimulai suatu periode apnu disertai dengan
penurunan frekuensi. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas tidak tampak
dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnue kedua. Pada tingkat ini terjadi
bradikardi dan penurunan Tekanan Darah.
Pada asfiksia terjadi pula gangguan
metabolisme dan perubahan keseimbangan asam-basa pada tubuh bayi. Pada tingkat
pertama hanya terjadi asidosis respioratorik. Bila berlanjut dalam tubuh bayi
akan terjadi proses metabolisme anaerobic yang berupa glikolisis glikogen
tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang.
Pada tingkat selanjutnya akan
terjadi perubahan kardiovaskular lyang disebabk”Pan oleh beberapa keadaan
diantaranya : Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi
jantung. Terjadinya asidosis metabolik yang akan menimbulkan kelemahan otot
jantung. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan mengakibatkan tetap
tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan
ke sistem sirkulasi tubuh lain akan mengalami gangguan.
Penyebab
Beberapa faktor tertentu diketahui
dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya
adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:
- Faktor ibu: Preeklampsia dan eklampsia. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta), Partus lama atau partus macet, Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV) atau Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
- Faktor Tali Pusat: Lilitan tali pusat, Tali pusat pendek, Simpul tali pusat atau Prolapsus tali pusat
- Faktor Bayi: Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan), Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep), Kelainan bawaan (kongenital), Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui
faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila
ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan
ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan
tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau sepengetahuan
penolong tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu,
penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan
persalinan.
Manifestasi Klinis
- Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap
- Denyut jantung kurang dari 100 x/menit
- Tonus otot menurun,
- Warna kulit kebiruan kulit sianosis, pucat,
- Kejang
- Penurunan kesadaran tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.
Diagnosis
- Anamnesis : Gangguan/kesulitan waktu lahir, lahir tidak bernafas/menangis.
- Pemeriksaan fisik :
- Nilai Apgar
Skor Apgar atau nilai Apgar (Apgar
score) adalah sebuah metode yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1952
oleh Dr. Virginia Apgar sebagai sebuah metode sederhana untuk secara cepat
menilai kondisi kesehatan bayi baru lahir sesaat setelah kelahiran.Apgar yang
berprofesi sebagai ahli anestesiologi mengembangkan metode skor ini untuk
mengetahui dengan pasti bagaimana pengaruh anestesi obstetrik terhadap bayi.
Skor Apgar dihitung dengan menilai
kondisi bayi yang baru lahir menggunakan lima kriteria sederhana dengan skala
nilai nol, satu, dan dua. Kelima nilai kriteria tersebut kemudian dijumlahkan
untuk menghasilkan angka nol hingga 10. Kata “Apgar” belakangan dibuatkan
jembatan keledai sebagai singkatan dari Appearance, Pulse, Grimace,
Activity, Respiration (warna kulit, denyut jantung, respons refleks, tonus
otot/keaktifan, dan pernapasan), untuk mempermudah menghafal.
Kriteria Penilaian Skor Apgar:
Nilai
0
|
Nilai
1
|
Nilai
2
|
Akronim
|
|
Warna
kulit
|
seluruhnya biru
|
warna kulit tubuh normal merah
muda, tetapi tangan dan kaki kebiruan (akrosianosis)
|
warna kulit tubuh, tangan, dan
kaki normal merah muda, tidak ada sianosis
|
Appearance
|
Denyut
jantung
|
tidak ada
|
<100 kali/menit
|
>100 kali/menit
|
Pulse
|
Respons
refleks
|
tidak ada respons terhadap
stimulasi
|
meringis/menangis lemah ketika
distimulasi
|
meringis/bersin/batuk saat
stimulasi saluran napas
|
Grimace
|
Tonus
otot
|
lemah/tidak ada
|
sedikit gerakan
|
bergerak aktif
|
Activity
|
Pernapasan
|
tidak ada
|
lemah atau tidak teratur
|
menangis kuat, pernapasan baik dan
teratur
|
Respiration
|
Interpretasi skor
Tes ini umumnya dilakukan pada waktu
satu dan lima menit setelah kelahiran, dan dapat diulangi jika skor masih
rendah.
Jumlah
skor
|
Interpretasi
|
Catatan
|
7-10
|
Bayi normal
|
|
4-6
|
Agak rendah
|
Memerlukan tindakan medis segera
seperti penyedotan lendir yang menyumbat jalan napas, atau pemberian oksigen
untuk membantu bernapas.
|
0-3
|
Sangat rendah
|
Memerlukan tindakan medis yang
lebih intensif
|
Jumlah skor rendah pada tes menit
pertama dapat menunjukkan bahwa bayi yang baru lahir ini membutuhkan perhatian
medis lebih lanjut tetapi belum tentu mengindikasikan akan terjadi masalah
jangka panjang, khususnya jika terdapat peningkatan skor pada tes menit kelima.
Jika skor Apgar tetap dibawah 3 dalam tes berikutnya (10, 15, atau 30 menit),
maka ada risiko bahwa anak tersebut dapat mengalami kerusakan syaraf jangka
panjang. Juga ada risiko kecil tapi signifikan akan kerusakan otak. Namun
demikian, tujuan tes Apgar adalah untuk menentukan dengan cepat apakah bayi
yang baru lahir tersebut membutuhkan penanganan medis segera; dan tidak
didisain untuk memberikan prediksi jangka panjang akan kesehatan bayi tersebut.
Sekitar sepuluh tahun setelah
diperkenalkan oleh Dr. Virgina Apgar, akronim APGAR dibuat di Amerika Serikat
sebagai alat bantu menghafal: Appearance, Pulse, Grimace, Activity, dan
Respiration (warna kulit, denyut jantung, respons refleks, tonus
otot/keaktifan, dan pernapasan). Alat bantu hafal ini diperkenalkan pada tahun
1963 oleh dokter anak Dr. Joseph Butterfield. Akronim yang sama juga digunakan
di Jerman, Spanyol, dan Perancis. Kata Apgar juga dibuatkan kepanjangan
American Pediatric Gross Assessment Record.
Tes ini juga telah direformulasikan
dengan singkatan yang berbeda How Ready Is This Child,
dengan kriteria yang pada dasarnya sama: Heart rate, Respirotary
effort, Irritability, Tone, dan Color (denyut nadi,
pernapasan, reaksi refleks, sikap, dan warna).
Nilai Apgar
- Nilai 0-3 : Asfiksia berat
- Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
- Nilai 7-10 : Normal
Dilakukan pemantauan nilai apgar
pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5 menit masih kurang
dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7.Nilai Apgar
berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan
menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasikarena resusitasi dimulai
30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti
penilaian skor Apgar)
Dilakukan pemantauan nilai apgar
pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5 menit masih kurang
dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai Apgar
berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan
menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai
30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian
skor Apgar)
- Pemeriksaan penunjang : Foto polos dada, USG kepala, Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit
Penyulit Meliputi berbagai organ yaitu :
- Otak : hipoksik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis
- Jantung dan paru : hipertensi pulmonal persisten pada neonatus, perdarahan paru, edema paru.
- Gastrointestinal : enterokolitis nekrotikans.
- Ginjal : tubular nekrosis akut, SIADH. Hematologi : DIC
Penatalaksanaan
- Resusitasi Tahapan resusitasi tidak melihat nilai apgar . Baca juga : “Penanganan Terkini Resusitasi Bayi Baru Lahir”. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :
1.Memastikan
saluran terbuka: Meletakkan
bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm. – Menghisap mulut,
hidung dan kadang trachea. – Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET)
untuk memastikan saluran pernafasan terbuka.
2.Memulai
pernafasan : Memakai rangsangan taksil untuk
memulai pernafasan – Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa
ETdan balon atau mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar