Selasa, 30 April 2013
Post Matur Kehamilan'
POST MATUR
KEHAMILAN
A . Pengertian
Kehamilan yang
berlangsung melebihi 42 minggu, antara lain kehamilan memanjang, kehamilan
lewat bulan, kehamilan postterm, dan pascamaturitas.
Kehamilan lewat
bulan, suatu kondisi antepartum, harus dibedakan dengan sindrom pasca
maturitas, yang merupakan kondisi neonatal yang didiagnosis setelah
pemerikasaan bayi baru lahir.
Definisi standar untuk
kehamilan lewat bulan adalah 294 hari setelah hari pertama menstruasi terakhir,
atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah lewat bulan ( postdate) digunakan karena
tidak menyatakan secara langsung pemahaman mengenai lama kehamilan dan
maturitas janin. ( Varney Helen,2007)
Kehamilan post matur menurut Prof. Dr. dr. Sarwono
Prawirohardjo adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu
lengkap di hitung dari HPHT. Sedangkan menurut Ida Bagus Gde Manuaba kehamilan
lewat waktu adalah kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu belum terjadi
persalinan.
Keakuratan dalam
memperkirakan usia kehamilan meningkat pesat sejak adanya USG yang mungkin
banyak digunakan. Kisaran optimum variasi lama gestasi pada manusia belum
diketahui hingga kini, Dan penetapan dua minggu melewati taksiran persalinan
(TP) masih berubah- ubah. Meskipun insidensi kehamilan lewat bulan relatif
rendah, beberapa studi menunjukkan bahwa sebagian besar induksi yang
dijadwalkan dengan indikasi kehamilan lewat bulan faktanya kurang dari 42
minggu berdasarkan hitungan dengan USG. Akibatnya induksi yang menjadi bersifat
relatif.
B . Etiologi
Etiologinya masih
belum pasti. Faktor yang dikemukakan adalah
·
Hormonal
yaitu kadar
progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga
kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang ( Mochtar, Rustam, 1999).
·
Kadar kortisol yang rendah pada darah janin yang rendah
seinngga di simpulkan kerentanan akan stress merupakan factor tidak timbulnya
his
·
Kurangnya air ketuban plasenta juga diduga berhubungan
dengan kehamilan lewat waktu.
·
Insufiensi plasenta
Fungsi plasenta memuncak pada usia kehamilan 38-42 minggu,
kemudian menurun setelah 42 minggu, terlihat dari menurunnya kadar estrogen dan
laktogen plasenta. Terjadi juga spasme arteri spiralis plasenta. Akibatnya
dapat terjadi gangguan suplai oksigen dan nutrisi untuk hidup dan tumbuh
kembang janin intrauterin. Sirkulasi uteroplasenta berkurang sampai 50%.Volume
air ketuban juga berkurang karena mulai terjadi absorpsi. Keadaan-keadaan ini
merupakan kondisi yang tidak baik untuk janin. Risiko kematian perinatal pada
bayi postmatur cukup tinggi : 30% prepartum, 55% intrapartum, 15% postpartum.
C. Prognosis
Beberapa ahli dapat
menyatakan kehamilan lewat bulan bila lebih dari 41 minggu karena angka
mordibitas dan mortalitas neonatus meningkat setelah usia 40 minggu. Namun
kurang lebih 18 % kehamilan akan berlanjut melebihi 41 minggu hingga 7% akan
menjadi 42 minggu bergantung pada populasi dan kriteria yang digunakan.
Seringnya kesalahan
dalam mendefinisikan postmatur diperlukan deteksi sedini mungkin untuk
menghindari kesalahan dalam menentukan usia kehamilan.Jika Tp telah ditentukan
pada trimester terakhir atau berdasarkan data yang tidak dapat diandalkan.Data
yang terkumpul sering menunjukkan peningkatan resiko lahir mati seiring
peningkatan usia kehamilan lebih dari 40 minggu.
Penyebab lahir
matinya tidak mudah dipahami dan juga tidak ada kesepakatan tentang pendekatan
yang paling tepat guna mencegah kematian tersebut. (Varney, Helen, 2007)
Apabila diambil batas waktu 42 minggu frekuensinya adalah 10,4 – 12%. Apabila diambil batas waktu 43 minggu frekuensinya adalah 3,4 -4% ( Mochtar,Rustam,1998)
Apabila diambil batas waktu 42 minggu frekuensinya adalah 10,4 – 12%. Apabila diambil batas waktu 43 minggu frekuensinya adalah 3,4 -4% ( Mochtar,Rustam,1998)
Kesepakatan yang
ada adalah bahwa resiko mortalitas perinatal lebih tinggi pada IUGR atau bayi
SGA daripada AGA lewat bulan. Clausson et al Menegaskan bahwa odds ratio untuk
kematian perinatal untuk bayi AGA tidak berbeda signifkan pada bayi post term.
Namun bagi SGA mempunyai odds ratio 10,5 pada lahir post term. Penatalaksanaaan
aktif pada bagi AGA dengan lebih bulan kenyataan dapat mengubah hasil positif
yang diingunkan, angka penatalaksanaan anestesia epidural, persalinan sesar,
dan mortalitas.
Pengaruh terhadap
Ibu dan Janin :
* Terhadap Ibu :
Persalinan postmatur dapat menyebabkan distosis karena
(a) aksi uterus
tidak terkoordinir
(b). Janin besar
(c)
Moulding kepala kurang. Maka akan sering dijumpai : partus lama, kesalahan
letak, inersia uteri, distosia bahu dan perdarahan postpartum. Hal ini akan
menaikan angka mordibitas dan mortalitas.
* Terhadap janin :
Jumlah kematian janin/ bayi pada kehamilan 43 minggu tiga kali lebih besar dri
kehamilan 40 minggu karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin.
Pengaruh postmaturitas pada janin bervariasi: berat badan janin dapat bertambah
besar, tetap dan ada yang berkurang, sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang
bisa terjadi kematian janin dalam kandungan.
Permasalahan Kehamilan Lewat Waktu
Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak
sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga mempunyai risiko
asfiksia sampai kematian adalam rahim. Makin menurunnya sirkulasi darah menuju
sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan :
Pertumbuhan janin makin lambat
terjadi perubahan metabolisme janin
Air ketuban berkurang dan makin kental
Sebagian janin bertambah berat, serhingga memerlukan tindakan persalinan
Berkurangnya nutrisi dan O2 ke janin yang menimbulkan asfiksia dan setiap saat dapat
meninggal di rahim.
Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia.
(Menurut Manuaba dalam Buku Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB Untuk
Pendidikan Bidan, 1998)
Tanda Bayi Post Matur
Tanda postterm dapat di bagi dalam 3 stadium (Sarwono Prawirohardjo) :
Stadium I
Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit
kering, rapuh dan mudah mengelupas.
Stadium II
Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit
Stadium III
Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat
Tanda bayi Postmatur (Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998)
Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram)
Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
Verniks kaseosa di bidan kurang
Kuku-kuku panjang
Rambut kepala agak tebal
Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel.
D
. Pemeriksaan Penunjang
1. Bila HPHT dicatat dan diketahui
wanita hamil, diagnosis tidak sukar.
2. Kesulitan
mendiagnosis bila wanita tidak ingat HPHTnya. Hanya dengan pemeriksaan
antenatal yang teratur diikuti dengan tinggi dan naiknya fundus uteri dapat
membantu penegakan diagnosis.
3. Pemeriksaan rontgenologik dapat
dijumpai pusat pusat penulangan pada bagian distal femur, baguan proksimal
tibia, tulang kuboid diameter biparietal 9,8 atau lebih.
4. USG : ukuran diameter biparietal,
gerkan janin dan jumlah air ketuban.
5. Pemeriksaan sitologik air
ketuban: air ketuban diamabiil dengan amniosenteris baik transvaginal maupun
transabdominal, kulitb ketuban akan bercmapur lemak dari sel sel kulit yang
dilepas janin setelah kehamilan mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban yang
diperoleh dipulas dengan sulfat biru Nil, maka sel – sel yang mengandung lemak
akan berwarna jingga.
- Melebihi 10% = kehamilan diatas 36 minggu
- Melebihi 50% = kehamilan diatas 39 minggu
- Melebihi 10% = kehamilan diatas 36 minggu
- Melebihi 50% = kehamilan diatas 39 minggu
6. Amnioskopi, melihat derajat
kekeruhan air ketuban, menurt warnanya karena dikeruhi mekonium.
7. Kardiotografi, mengawasi dan
membaca denyut jantung janin, karena insufiensi plase
8. Uji oksitosin ( stress test),
yaitu dengan infus tetes oksitosin dan diawasi reaksi janin terhadap kontraksi
uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang baik, hal ini mungkin janin akan
berbahaya dalam kandungan.
9. Pemeriksaan kadar estriol dalam
urin
10. Pemeriksaan pH darah kepala janin
11. Pemeriksaan sitoloi vagina
E. Penatalaksanaan
Setelah usia kehamilan > 40-42
minggu yang penting adalah monitoring janin sebaik-baiknya.
Apabila tidak ada tanda-tanda
insufisiense plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan
ketat
Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai
kematangan serviks, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan
dengan atau tanpa amniotomi. Bila :
Riwayat kehamilan yang lalu ada
kematian janin dalam rahim
Terdapat hipertensi, pre-eklampsia
Kehamilan ini adalah anak pertama
karena infertilitas
Pada kehamilan > 40-42 minggu
Maka ibu dirawat di rumah sakit
Tindakan operasi seksio sesarea dapat
dipertimbangkan pada
o
Insufisiensi plasenta dengan keadaan
serviks belum matang
o
Pembukaan yang belum lengkap,
persalinan lama dan terjadi gawat janin, atau
o
Pada primigravida tua, kematian janin
dalam kandungan, pre-eklampsia, hipertensi menahun, anak berharga
(infertilitas) dan kesalahan letak janin.
Pada persalinan pervaginam harus
diperhatikan bahwa partus lama akan sangat merugikan bayi, janin postmatur
kadang-kadang besar; dan kemungkinan diproporsi sefalo-pelvik dan distosia
janin perlu dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur lebih peka terhadap
sedatif dan narsoka, jadi pakailah anestesi konduksi.
sumber: Menurut Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998
Penatalaksanaan Medis yang lainnya
yaitu:
Dua prinsip pemikiran : Ø
1. Penatalaksanaan antisipasi-antisipasi kesejahteraan janin dengan meningkatkan pengkajian dan intervensi jika hanya terdapat indikasi.
2. Penatalaksanaan aktif-induksi persalinan pada semua wanita yang usia kandungannnya melebihi 42 minggu. dengan pertimbangan kondisi janin yang cukup baik / optimal.
1. Penatalaksanaan antisipasi-antisipasi kesejahteraan janin dengan meningkatkan pengkajian dan intervensi jika hanya terdapat indikasi.
2. Penatalaksanaan aktif-induksi persalinan pada semua wanita yang usia kandungannnya melebihi 42 minggu. dengan pertimbangan kondisi janin yang cukup baik / optimal.
Ada Ø
berbagai variasi kemungkinan penatalaksanaan antisipasi dan penatalaksanaan
aktif, antara lain: Pertimbangan kesiapan serviks ( skor bishop), perkiraan
berat badan janin ( dengan manuver leopot, sonogram, atau keduanya) ,
kesejahteraan janin, pilihan wanita yang bersanngkutan, volume cairan amnion,
riwayat kebidanan sebelumnya, status medis ibu, dan metode induksi sesuai
pertimbangan. Variabel yang sangat memberatkan adalah usia gestasi janin,
karena term yang berkembang cenderung mempertimbangkan usia kehamilan sebagai
suatu rangkaian yang kontinu. Penatalaksanaan aktif versus penatalaksanaan
antisipatif tergantung reabilitas kriteria yang digunakan dalam menentukan usia
kehamilan.
Para klinisi sejak lama menyadari perlunya mempercepat
persalinan jika terdapat kondisi obstetri dan medis yang mengancam ibu dan
janin. Sebelum ada metode yang diterima untuk induksi persalinan seksio
sesaria merupakan satu-satunya cara yang dapat diterima untuk mengatasi
maslaah ini.
Keputusan untuk mempercepat persalinan harus selalu
ditetapkan dengan membandingkan resiko dan manfaat masing masing
penatalaksanaan tersebut. Secara umum metode induksi yang paling efektif adalah
dengan meningkatkan denyut jantung janian dan hiperstimulasi pada uterus.
Induksi persalinan juga diperkirakan komplikasinya. Induksi
persalian dikaitkan dengan peningkatan anastesia epidural dalam seksio sesaria
untuk wanita primigravida yang usia kehamilanyya lebih dai 41 minggu dan
taksiran berat jain 3800 gram atau lebih.
Pada kenyataannya induksi persalian meningkatkan resiko
distress janin, seksio sesaria, infeksi dan perdarahan sangat mengejutkan bagi
masyarakat awam. kehamilan lebih bulan akan meningkatkan resiko lahir mati,
cairan bercampur, mekonium sindrom aspirasi mekonium pada neonatus, distosia
bahu jika janin makrosomia.
Indikasi untuk induksi persalinan mencakup hal – hal :
a. Hasil uji janin meragukan ( skor profil biosfik rendah)
b. Oligohidramnion.
c. Preeklamsi yang cukup parah menjelah cukup bulan
d. Diabetes dependent
e. IUGR menjelang usia cukup bulan
f. Riwayat lahir mati pada kehamilan cukup bulan.
a. Hasil uji janin meragukan ( skor profil biosfik rendah)
b. Oligohidramnion.
c. Preeklamsi yang cukup parah menjelah cukup bulan
d. Diabetes dependent
e. IUGR menjelang usia cukup bulan
f. Riwayat lahir mati pada kehamilan cukup bulan.
Penatalaksanaan
antisipasi pada usia kehamilan lewat bulan antara 40 hingga 42 minggu:
1.Kaji kembail TP wanita sebagai titik tengah dalam kisaran waktu 4 minggu ( 40+minggu)
2. Kaji kembali bersama wanita rencana penanganan kehamilan lewat bulan, dokumentasikan rencana yang disepakati ( 40+ minggu)
3. Uji kembali nonstress awal ( Nonstress test, NST) dua kali dalam seminggu, yang dimulai saat kemilan berusia 41 minggu dan berlanjut hingga persalinan.
4. Lakukan pengukuran volume cairan amnion ( Amniotic fluid volume, APV) dua kali dalam seminggu, yang dimulai saat kehamilan berusia 41 minggu dan berlanjut hingga persalinan.
5. Lakukan uji profil biofisik lengkap dan konsultasikan dengan dokter untuk hasil NST yang nonreaktif atau APV yang randah.
6. Jika kelainan berlanjut hingga 42 minggu dan perkiraan usia kehamilan dapat diandalkan mulai penanganan aktif mengacu pada protokol.
1.Kaji kembail TP wanita sebagai titik tengah dalam kisaran waktu 4 minggu ( 40+minggu)
2. Kaji kembali bersama wanita rencana penanganan kehamilan lewat bulan, dokumentasikan rencana yang disepakati ( 40+ minggu)
3. Uji kembali nonstress awal ( Nonstress test, NST) dua kali dalam seminggu, yang dimulai saat kemilan berusia 41 minggu dan berlanjut hingga persalinan.
4. Lakukan pengukuran volume cairan amnion ( Amniotic fluid volume, APV) dua kali dalam seminggu, yang dimulai saat kehamilan berusia 41 minggu dan berlanjut hingga persalinan.
5. Lakukan uji profil biofisik lengkap dan konsultasikan dengan dokter untuk hasil NST yang nonreaktif atau APV yang randah.
6. Jika kelainan berlanjut hingga 42 minggu dan perkiraan usia kehamilan dapat diandalkan mulai penanganan aktif mengacu pada protokol.
Penatalaksanaan
aktif pada kehamilan leat bulan : Induksi persalinan Ø
Pada tahun 1970-an terdapat meningkatnya kesadaran terhadap mordibitas kehamilan lewat bulan. Beberapa pihak mengajukan keberatan terhadap induksi persalinan karena tidak alami dan dapat meningkatkan bahaya. Namun walaupun banyak pihak yang menentang induksi persalinan dan tidak adanya standardisai kriteria, praktik induksi telah banyak meningkat selama satu dekade terakhir.
Pada tahun 1970-an terdapat meningkatnya kesadaran terhadap mordibitas kehamilan lewat bulan. Beberapa pihak mengajukan keberatan terhadap induksi persalinan karena tidak alami dan dapat meningkatkan bahaya. Namun walaupun banyak pihak yang menentang induksi persalinan dan tidak adanya standardisai kriteria, praktik induksi telah banyak meningkat selama satu dekade terakhir.
Menurut American college of obstetricians dan Gynecologist,
hasil yang diharapkan dari induksi persalinan adalah “ ibu dapat melahirkan
bayi pervaginam setelah kontraksi distimulasi sebelum persalinan spontan
terjadi”. Meski metode induksi sekarang diutamakan pada induksi kontarkasi
uterus, namun peran servik sangat penting yang aktivitasnya tidak sepenuhnya
dipengaruhi uterus.
Penggunanaan obat berpusat pada oksitosin sejak tahun
1960-an dan prostaglandin sejak tahun 1970-an. Pengaturan dosis, dan cara
pemberian dan waktu pemberian untuk semua metode hingga kini masih dalam
penelitian,
Untuk menghasilkan persalinan yang aman, keberhasilan
induksi persalinnan setelah servik matang dapat dicapai dengan menggunakan
prostaglandin E2 (PGE2) bersama oksitosin, dan prostaglandin terbukti lebih
efektif sebagai agens yang mematangkan seriks dibanding oksitosin.
Metode lain yang digunakan untuk menginduksi persalinan (
misalnya minyak jarak, stimulasi payudara, peregangan servik secara mekanis),
memiliki kisaran keberhasilan secara beragam dan atau sedikit penelitian untuk
menguatkan rekomendasinya.
Metode hormon untuk induksi persalinan:
1. Oksitosin yang digunakan melalui intravena ( atas persetujuan FDA untuk induksi persalinan ). Dengan catatan servik sudah matang.
2. Prostaglandin : dapat digunakan untuk mematangkan servik sehingga lebih baik dari oksitosin namun kombinasi keduanya menunjukkan hal yang positif.
a. Misprostol
1) Merk dagang cytotec. Suatu tablet sintetis analog PGE1 yang diberikan intravagina ( disetujui FDA untuk mencegah ulkus peptikum, bukan untuk induksi)
1. Oksitosin yang digunakan melalui intravena ( atas persetujuan FDA untuk induksi persalinan ). Dengan catatan servik sudah matang.
2. Prostaglandin : dapat digunakan untuk mematangkan servik sehingga lebih baik dari oksitosin namun kombinasi keduanya menunjukkan hal yang positif.
a. Misprostol
1) Merk dagang cytotec. Suatu tablet sintetis analog PGE1 yang diberikan intravagina ( disetujui FDA untuk mencegah ulkus peptikum, bukan untuk induksi)
b.
Dinoproston
1) Merk dagang cervidil suatu preparat PGE2, tersedia dalam dosis 10 mg yang dimasukkan ke vagina ( disetujui FDA untuk induksi persalinan pada tahun 1995)
2) Merk dagang predipil. Suatu sintetis preparat PGE2 yang tersedia dalam bentuk jel 0,5 mg deng diberika intraservik ( disetujui FDA untuk induksi persalinan pada tahun 1993)
1) Merk dagang cervidil suatu preparat PGE2, tersedia dalam dosis 10 mg yang dimasukkan ke vagina ( disetujui FDA untuk induksi persalinan pada tahun 1995)
2) Merk dagang predipil. Suatu sintetis preparat PGE2 yang tersedia dalam bentuk jel 0,5 mg deng diberika intraservik ( disetujui FDA untuk induksi persalinan pada tahun 1993)
3.
Mifepriston 9 RU 486, antagonis reseptor progesteron) ( disetujui FDA untuk
aborsi trimester pertama, bukan untuk induksi) tersedia dalam bentuk tablet 200
mg untuk diberikan per oral.
Metode
non hormon Induksi persalinan ·
1. Pemisahan ketuban
1. Pemisahan ketuban
Prosedurnya dikenal
dengan pemisahan atau mengusap ketuban mengacu pada upaya memisahkan membran
amnion dari bagian servik yang mudah diraih dan segmen uterus bagian bawah pada
saat pemeriksaan dalam Dengan tangan terbungkus sarung tangan bidan memeriksa
wanita untuk menentukan penipisan serviks, pembukaan dan posisi lazimnya.
Perawatan dilakukanan untuk memastikan bahwa bagian kepala janin telah turun.
Pemeriksaan mengulurkan jari telunjuk sedalam mungkin melalui os interna,
melalui ujung distal jari perlahan antara segmen uterus bagian bawah dan
membaran. Beberapa usapan biasanya eektif untuk menstimulasi kontaksi awal
reguler dalam 72 jam. Mekanisme kerjanya memungkinkan melepaskan prostaglandin
ke dalam sirkulasi ibu. Pemisahan hendaknya jangan dilakukan jika terdapat
ruptur membran yang tidak disengaja dan dirasa tidak aman baik bagi ibu maupun
bagi janin. Pemisahan memban servis tidak dilakukan pada kasus – kasus servisitis,
plasenta letak rendah, maupun plasenta previa, posisi yang tidak diketahui,
atau perdarahan pervaginam yang tidak diketahui.
2. Amniotomi
Pemecahan ketuban
secara sengaja (AROM). Saat dikaukan bidan harus memeriksa dengan teliti untuk
mengkaji penipisan servik, pembukaanm posisi,, dan letak bagian bawah.
Presentasi selain kepala merupakan kontrainsdikasi AROM dan kontraindikasi
lainnya ketika kepala belum turun, atau bayi kecil karena dapat menyebabkan
prolaps talipusat. Meskipun amniotomi sering dilakukan untuk menginduksi
persalinan, namun hingga kini masih belum ada studi prospektif dengan desain
tepat yang secara acak menempatkan wanita pada kelompok tertentu untuk
mengevaluasi praktik amniotomi ini.
3. Pompa Payudara dan stimulasi puting.
Penggunaan cara ini
relatif lebih aman kerna menggunakan metode yang sesuai dengan fisiologi
kehamilan dan persalinan. Penangannya dengan menstimulasi selama 15 menit
diselingi istirahat dengan metode kompres hangat selama 1 jam sebanyak 3 kali
perhari.
4. Minyak jarak
Ingesti minyak
jarak 60 mg yang dicampur dengan jus apel maupun jus jeruk dapat meningkatkan
angka kejadian persalinan spontan jika diberikan pada kehamilan cukup bulan.
5. Kateter forey atau Kateter balon.
Secara umum kateter
dimasukkan kedalam servik kemudian ballon di isi udara 25 hingg 50 mililiter
untuk menjaga kateter tetap pada tempatnya. Beberapa uji klinis membuktikan
bahwa teknik ini sangat efektif.
6. Aktifitas seksual.
Jika bidan tidak
merasa bahwa penatalaksanaan aktif pada persalinan lewat bula diindikasikan,
protokol dalam memuat panduan rekomendasi yang mencakup pemberian, wakru,
dosis, dan langkah kewaspadaan. Sementara pada penatalaksanaan antisipasi,
bidan dianjurkan mendokumentasikan secara teliti rencana penatalaksanaan yang
disepakati bersama oleh wanita. Bidan maupun wanita harus memahami secara benar
standar perawatan setempat untuk menangani kehamilan lewat bulan. Wanita
sebaiknya diberi tahu jika terdapat status yang tidak mencakup pada penggunaan
resep, dan bidan harus tetap merujuk pada literatur terkini seputar penanganan
kehamilan lewat bulan.
F. Diagnosis bayi postmatur pascapersalinan
Diagnosis bayi postmatur pascapersalinan, dengan
memperhatikan tanda-tanda postmaturitas yang dapat dibagi dalam 3 stadium :
1. stadium I : kulit tampak kering, rapuh dan mudah
mengelupas (maserasi), verniks kaseosa sangat sedikit sampai tidak ada.
2. stadium II : keadaan kulit seperti stadium I disertai
dengan pewarnaan kulit yang kehijauan oleh mekoneum yang bercampur air ketuban.
3. stadium III : terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku dan
kulit janin serta pada jaringan tali pusat.Pada saat persalinan, penting
dinilai keadaan cairan ketuban. Jika telah terjadi pewarnaan mekonium
(kehijauan) atau bahkan pengentalan dengan warna hijau kehitaman, begitu bayi
lahir harus segera dilakukan resusitasi aktif. Idealnya langsung dilakukan
intubasi dan pembilasan trakhea.
G. Komplikasi
Kemungkinan komplikasi pada bayi postmaturhipoksia ;
-hipovolemia
- asidosis
-sindrom gawat napas
-hipoglikemia
-hipofungsi adrenal.
Proses Adaptasi Psikologis Pada Ibu Nifas'
Proses adaptasi psikologis ibu pada masa nifas
v
Adaptasi
Psikologis Ibu Masa Nifas
Kesejahteraan
emosional ibu selama periode pascanatal dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti
kelelahan, pemberian makan yang sukses, puas dengan perannya sebagai ibu, cemas
dengan kesehatannya sendiri atau bayinya serta tingkat dukungan yang tersedia
untuk ibu.
Perubahan yang
mendadak dan dramatis pada status hormonal menyebabkan ibu yang berada dalam
masa nifas menjadi sensitif terhadap faktor-faktor yang dalam keadaan normal
mampu diatasinya. Disamping perubahan hormonal, cadangan fisiknya sering sudah
terkuras oleh tuntunan kehamilan serta persalinan. Keadaan kurang tidur,
lingkungan yang asing baginya dan oleh kecemasan akan bayi, suami atau
anak-anaknya yang lain. Tubuhnya mungkin pula tidak memberikan respon yang baik
terhadap obat-obat yang asing baginya seperti pre parat analgesic narkotik yang
diberikan pada persalinan.
Depresi ringan ,
yang dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah “4th day blues
(kemurungan hari ke empat) “ sering terjadi dan banyak ibuyang baru pertama
kali mempunyai anak mendapatkan dirinya menangis, paling tidak satu kali, hanya
karena masalah yang sering sepele. Sebagian ibu merasa tidak berdaya dalam
waktu yang singkat, namun perasaan ini umumnya menghilang setelah kepercayaan
pada diri mereka dan bayinya tumbuh.
Reva Rubin melihat beberapa tahap fase aktifitas penting sebelum
seseorang menjadi ibu.
1. Taking in period
Terjadi pada 1-2
hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat bergantung pada orang lain,
fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan
dan persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.
2. Taking hold period
Berlangsung 3-4
hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuannya dalam menerima tanggung
jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi.
Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif, sehingga membutuhkan
bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.
3. Letting go period
Dialami setelah
tiba ibu dan bayi tiba di rumah. Ibu mulai secara penuh menerima tanggung jawab
sebagai “seorang ibu” dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat
bergantung pada dirinya.
Hal-hal yang
dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
1.
Fungsi
yang memengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang tua
2.
Respons
dan dukungan dari keluarga dan teman dekat
3.
Riwayat
pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya
4.
Harapan,
keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan
Hal-hal yang
harus dapat dipenuhi selama masa nifas adalah sebagai berikut:
1.
Fisik,
istirahat, memakan makanan bergizi, sering menghirup udara segar, dan
lingkungan yang bersih
2.
Psikologi,
stress setelah persalinan dapat segera distabilkan dengan dukungan dari
keluarga yang menunjukkan rasa simpati, mengakui, dan menghargai ibu.
3.
Sosial,
menemani ibu bila terlihat kesepian, ikut menyayangi anaknya, menanggapi dan
memerhatikan kebahagiaan ibu, serta menghibur bila ibu terlihat sedih
4.
Psikososial
Tujuan asuhan
kebidanan pada ibu masa nifas adalah sebagai berikut:
1.
Menjaga
kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologinya
2.
Melaksanakan
skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, serta mengobati atau merujuk
bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya
3.
Memberikan
pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga
berencana, menyusui, serta pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan
bayi sehat
4.
Memberikan
pelayanan keluarga berencana
Depresi
postpartum
Depresi postpartum
sering terjadi pada masa ini. Menurut para ahli mereka di diagnosis menderita
depresi postpartum. Depresi merupakan gangguan afeksi yang paling sering di
jumpai pada masa postpartum (Gorrie, 1998). Walaupun insidensinya sulit untuk
diketahui secara pasti, namun diyakini 10-15% ibu yang melahirkan mengalami
gangguan ini (Green dan Adams, 1993). Angka kejadian depresi postpartum di
Indonesia sendiri juga belum dapat diketahui secara pasti hingga kini,
mengingat belum adanya lembaga terkait yang melakukan penelitian terhadap kasus
tersebut.
Tanda dan gejala
yang mungkin di perlihatkan pada penderita depresi postpartum adalah sebagai
berikut:
1.
Perasaan
sedih dan kecewa
2.
Sering
menangis
3.
Merasa
gelisah dan cemas
4.
Kehilangan
ketertarikan terhadap hal-hal yang menyenangkan
5.
Nafsu
makan menurun
6.
Kehilangan
energi dan motivasi untuk melakukan sesuatu
7.
Tidak
bisa tidur (insomnia)
8.
Perasaan
bersalah dan putus harapan (hopeless)
9.
Penurunan
atau peningkatan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
10.
Memperlihatkan penurunan keinginan untuk
mengurus bayinya
Walaupun banyak wanita mengalami depresi
postpartum segera setelah melahirkan, namun beberapa wanita tidak merasakan
tanda depresi sampai beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian. Depresi
dapat saja terjadi dalam kurun waktu enam bulan berikutnya. Depresi postpartum
mungkin saja berkembang menjadi postpartum psikosis, walaupun jarang terjadi.
Hal tersebut merupakan penyakit yang sangat serius dan semua gejala depresi
postpartum dialami oleh mereka yang menderita postpartum psikosis serta bisa
sampai melukai diri sendiri, bahkan hingga membunuh anak-anaknya.
Penyebab depresi postpartum sendiri
belum diketahui secara pasti (Gorrie,1998). Namun, beberapa hal yang dicurigai
sebagai faktor predisposisi terjadinya depresi postpartum adalah sebagai
berikut:
1.
Perubahan
hormonal yang cepat. Hormone yang terkait dengan terjadinya depresi postpartum
adalah prolactin, steroid, progesterone, dan estrogen.
2.
Masalah
medis dalam kehamilan seperti PIH ( Pregnancy – induced hypertention ),
diabetes mellitus, atau disfungsi tiroid.
3.
Riwayat
defresi, penyakit mental, dan alkoholik, baik pada diri ibu maupun dalam
keluarga.
4.
Karakter
pribadi seperti harga diri rendah atau ketidak dewasaan.
5.
Marital
dyfunction ataupun ketidak mampuan membina hubungan dengan orang lain yang
mengakibatkan kurangnya support system.
6.
Marah
dengan kehamilannya ( unwanted pregnancy ).
7.
Merasa
terisolasi
8.
Kelemahan,
gangguan tidur, ketakutan terhadap masalah keuangan keluarga, dan melahirkan
anak dengan kecatatan atau penyakit.
Respon yang
terbaik dalam menangani kasus depresi postpartum ( DPP ) adalah kombinasi
antara psikoterapi, dukungan sosial, dan medikasi seperti antidepresan. Suami
dan anggota keluarga yang lain harus dilibatkan dalam tiap sesi konseling, sehingga
dapat di bangun pemahaman dari orang-orang terdekat ibu terhadap apa yang
dirasakan dan di butuhkannya.
Beberapa
intervensi berikut dapat membantu seorang wanita terbebas dari ancaman depresi
setelah melahirkan.
a.
Pelajari
diri sendiri
Pelajari dan mencari
informasi mengenari depresi postpartum, sehingga anda sadar terhadap kondisi
ini. Apabila terjadi, maka anda akan segera mendapatkan bantuan secepatnya.
b.
Tidur
dan makan yang cukup
Diet nutrisi
cukup penting untuk kesehatan, lakukan usaha yang terbaik dengan makan dan
tidur yang cukup. Keduanya penting selama periode postpartum dan kehamilan.
c.
Olahraga
Olahraga adalah
kunci untuk mengurangi postpartum. Lakukan peregangan selama 15 menit dengan
berjalan setiap hari, sehingga membuat anda merasa lebih baik dan menguasai
emosi berlebihan dalam diri anda.
d.
Hindari
perubahan hidup sebelum atau sesudah melahirkan
Jika
memungkinkan, hindari membuat keputusan besar seperti membeli rumah atau pindah
kerja, sebelum atau setelah melahirkan. Tetaplah hidup secara sederhana dan
menghindari stress, sehingga dapat segera dan lebih mudah menyembuhkan
postpartum yang di derita.
e.
Beritahukan
perasaan anda
Jangan takut
untuk berbicara dan mengekspresikan perasaan yang anda inginkan dan butuhkan
demi kenyamanan anda sendiri. Jika memiliki masalah dan merasa tidak nyaman
terhadap sesuatu, segera beritahukan pada pasangan atau orang terdekat.
f.
Dukungan
keluarga dan orang lain di perlukan
Dukungan dari
keluarga atau orang yang anda cintai selama kehamilan sangat di perlukan.
Ceritakan pada pasangan atau orang tua anda atau siapa saja yang bersedia
menjadi pendengar yang baik. Yakinkan diri anda, bahwa mereka akan selalu
berada di sisi anda setiap mengalami kesulitan.
g.
Persiapkan
diri dengan baik
Persiapan
sebelum melahirkan sangatlah di perlukan. Ikitlah kelas senam hamil yang sangat
membantu serta buku atau artikel lainnya yang anda perlukan. Kelas senam hamil
akan sangat membantu anda dalam mengetahui berbagai informasi yang di perlukan,
sehingga nantinya anda tak akan terkejut setelah keluar dari kamar bersalin.
Jika anda tahu apa yang di inginkan pengalaman traumatis saat melahirkan akan
dapat di hindari.
h.
Lakukan
pekerjaan rumah tangga
Pekerjaan rumah
tangga sedikitnya dapat membantu anda melupakan gejolak perasaan yang terjadi
selama periode postpartum. Kondisi anda yang belum stabil bisa anda curahkan
dengan memasak atau membersihkan rumah. Mintalah dukungan dari keluarga dan
lingkungan anda meski pembantu rumah tangga anda telah melakukan segalanya.
i.
Dukungan
emosianal
Dukungan emosi
dari lingkungan dan juga keluarga akan membantu anda dalam mengatasi rasa
frustasi yang menjalar. Ceritakan pada mereka bagaimana perasaan serta
perubahan kehidupan anda, hingga anda merasa lebih baik setelahnya.
j.
Dukungan
kelompok depresi postpartum
Dukungan terbaik
datang dari orang-orang yang ikut mengalami dan merasakan hal yang sama dengan
anda. Carilah informasi mengenai adanya kelompok depresi postpartum yang bisa
anda ikuti, sehingga anda tidak merasa sendirian menghadapi persoalan ini.
v
POSTPARTUM BLUES / BABY BLUES
Kondisi
ini adalah periode emosional stress yang terjadi antara hari ke 3 dan ke 10
setelah persalinan yang terjadi 80% pada ibu postpartum. Karakteristik kondisi
ini adalah iritabilitas meningkat, perubahan mood, cemas, pusing, serta
perasaan sedih dan sendiri.
Ada beberapa
faktor yang berperan menyebabkan kondisi ini yaitu :
1.
Perubahan
kadar hormone yang terjadi secara cepat
2.
Ketidaknyamanan
yang tidak diharapkan ( payudara bengkak, nyeri persalinan )
3.
Kecemasan
setelah pulang dari rumah sakit atau tempat bersalin.
4.
Menyusui
ASI
5.
Perubahan
pola tidur
Tidak ada
perawatan khusus untuk postpartum blues jika tidak ada gejala yang signifikan.
Empati dan dukungan keluarga serta stap kesehatan professional.
v
KESEDIHAN DAN DUKA
CITA
Proses kehilangan menurut Klaus dan
Kennell ( 1982 ) meliputi tahapan :
1.
Shock
( lupa peristiwa )
2.
Denial
( menolak, “apakah ini bayi ku?” “ini bayi orang lain” )
3.
Depresi
( menangis, sedih “kenapa saya?” )
4.
Equilibrium
dan acceptance ( penurunan reaksi emosional, kadang menjadi kesedihan yang
kronis )
5.
Reorganization
( dukungan mutual antara orang tua )
Respon terhadap bayi cacat yang mungkin
muncul antara lain :
1.
Fantasi
anak normal vs kenyataan
2.
Shock,
tidak percaya, menolak
3.
Frustasi,
marah
4.
Menarik
diri
Penatalaksanaan untuk keadaan ini
meliputi :
1.
Jelaskan
apa yang terjadi
2.
Dukungan
orang tua pada pertama kali melihat bayi
3.
Sebelumnya,
bidan harus sudah melihat bayi terlebih dahulu
4.
Menemani
dan menyediakan kursi
5.
Sampaikan
kelebihan dari bayi
6.
Ulanhi
penjelasan karna orang tua sulit berkonsentrasi dan mengingat
7.
Ciptakan
lingkungan yang aman dan meyakinkan
8.
Ciptakan
hubungan saling percaya
Bila bayi meninggal :
1.
Biarkan
orang tua bersama bayinya selama mungkin
2.
Temani
orangtua, jangan di isolasi
3.
Berikan
dukungan
4.
Dengarkan,
jangan terlalu banyak penjelasan
5.
Berikan
penjelasan yang akurat
6.
Biarkan
orangtua melalu proses kehilangan
7.
Bantu
persiapan pulang
8.
Menciptakan
memori dengan pemberian informasi, mengambil foto, cap kaki, name band, memberi
nama, melihat bayinya, menggendong / memeluk, merawat bayi ( memandikan,
memakai baju ), menulis di buku kenangan, pemakaman, menanam pohon, menulis
surat, dan menulis puisi.
Langganan:
Postingan (Atom)